Burung " UA LOPO"

Dahulu kala kira-kira ditahun seribu limaratusan Masehi, ada sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak  perempuan yang sangat dicintai oleh kedua orang tuannya. Nama ayahnya adalah  “ LEU HENA “ artinya pergi kesana dan ibunya bernama  “ UA LOPO “ yang artinya kira-kira mama tersayang.

Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya perna mempunyai seorang pacar yang sangat bersaing dengan ibu dari anak perempuan tersebut, dimana penah terjadi perkelahian antara kedua wanita tersebut, namun pada akhirnya yang menikah adalah ibu dari anak perempuan tersebut.

Sungguhpun demikian orang tua dari ayah anak perempuan ini tidak menyetujui anak lelaki mereka kawin dengan ibu dari anak perempuan ini. Mereka setuju jika kawin dengan pacarnya yang lain itu, sehingga perkawinan antara ayah dan ibu anak tersebut menimbulkan ketegangan antara orang tua kedua bela pihak menjurus kepada perkelahian.

Perjalanan hidup keluarga ini mendapat banyak gangguan dari orang tua pihak lelaki, ibu dari anak perempuan itu selalu dicaci maki. Walaupun keluarga ini telah mempunyai rumah tinggal sendiri, namun keadaan ini berlangsung  terus  dan tidak ada lagi jalan perdamaian. Setelah anak perempuan itu berumur 7 (tujuh) tahun, ibunya meninggal dunia dalam keadaan menyedihkan.

Kemudian dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah ibu dari anak perempuan itu meninggal dunia,  suami dari bekas pacar ayahnya meninggal juga dengan meninggalkan 2 (dua) orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Baru saja saja satu tahun sepeninggalnya suami mantan pacar ayahnya anak tersebut, orang tua dari ayahnya mendesak ayahnya supaya kawin lagi dengan janda yang adalah mantan pacarnya itu dan hal inipun terjadi.

Setelah ayah anak perempuan itu menikah lagi dengan janda bekas pacarnya itu, maka anak perempuan ini menjadi anak tiri yang harus bekerja keras sebagai akibat kebencian yang sudah lama terpendam terhadap ibu dari anak perempuan yang telah meninggal itu. Suatu kenyataan pahit bahwa janda bekas pacar ayahnya telah menjadi ibu tirinya yang bernama “ TIHIN TOI “ artinya  “ TARIK PUTUS “

Sebagai anak tiri ia diharuskan bekerja keras. Pagi-pagi buta sudah harus bangun dan mengerjakan kepentingan rumah tangga antara lain, cuci piring kotor, masak sarapan pagi, bersihkan dalam rumah dan sesudah itu pergi ke kebun untuk bercocok tanam dlam usia yang masih sangat mudah yakni 11 (sebelas) tahun. Ketika anak ini bekerja lambat karena lelah dan sudah kekurangan tenaga, ia sering disiram dengan air kotor, dipukul dan dianiaya, makanannya dikurangi. Hal ini membuat anak ini sering meninggalkan rumah dan bersembunyi dihutan-hutan. Setelah mereka menemukannya maka iapun sering dipukul dan dianiaya.

Dalam perjalanan hidupnya ia sering menangis dan memanggil – manggil nama ibunya, sering membuat cemas ibu tirinya dan hakekatnya penganiayaan diperkeras. Perjalanan hidup anak perempuan yang  disebut “anak tiri “ semakin hari semakin menderita lahir-batin menyebabkan tubuh anak ini menjadi kurus kering, tiap kali dikeun sendirian, ia selalu menangis memanggil nama ibu kandungnya yang sudah tiada.

Didalam tangisan ia menumpahkan seruan batinnya dengan kata-kata sebagai sajak yang keluar dari mulutnya yang terbit dari sanubari hati yang tulus iklas, dalam bahasa Indonesia kira-kira demikian :

                    “ Ibu yang melahirkan aku, Ibu yang mengerti aku,

              Ibu yang bekerja untuk aku, Ibu yang menyayangi aku,

       Ibu yang selalu mengampuni kesalahanku, Ibu yang tahu akan pembawaaan aku.

         Hal yang menyakitkan aku itulah, Jika Ibu meninggal dan aku ditinggalkan “

 

Tangisan batin ini membuatnya bertekat dengan Sembahyang yang diucapkan dengan suara yang keras dengan penuh kesedihan bahwa : “Lebih baik mati berkalang tanah, dari  pada hidup bercermin bangkai”

Maka bangkitlah ia berjalan naik terus menuju gunung yang tinggi dengan selalu menangis terseduh-seduh memanggil nama ibunya ,  UA LOPO O- O – o – o, hal ini diulangi terus menerus sampai ia tidak bisa lagi berjalan karena lapar dan haus kehabisan tenaga, terseungkur sambil memanggil nama ibunya terus menerus, UA – LOPO  O-O-o-o, UA- LOPO O- O – o – o  dan akhirnya ia menjelma menjadi seekor burung dan terus memanggil nama ibunya.  sampai sekarang masih terdengan suara burung yang seperti suara manusia berbadan burung. Dari seribu orang yang mendengan suara itu, hanya satu atau dua orang saja yang dapat melihat dengan mata kepala seekor burung dan mendengar dengan telinga suara manusia yaitu: BURUNG UA-LOPO

Sumber DISINI

 

Membagikan